BAGA, Aprinus Noldi Moan (2021) ANALISIS RENDEMEN MINYAK KAYU PUTIH YANG DI SULING DENGAN JUMLAH KADAR AIR BERBEDA. Undergraduate thesis, Artha Wacana Christian University.
![]() |
Text
01. COVER.pdf Download (1MB) |
![]() |
Text
02. ABSTRAK.pdf Download (212kB) |
![]() |
Text
03. BAB I.pdf Download (32kB) |
![]() |
Text
04. BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (171kB) |
![]() |
Text
05. BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (80kB) |
![]() |
Text
06. BAB IV.pdf Restricted to Registered users only Download (66kB) |
![]() |
Text
07. BAB V.pdf Download (25kB) |
![]() |
Text
08. DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (31kB) |
Abstract
Tanaman kayu putih (Melalauca leucadendron Linn) merupakan salah satu tanaman penghasil minyak atsiri yang penting bagi industri minyak atsiri di Indonesia. Produk utama yang dihasilkan dari tanaman kayu putih adalah minyak kayu putih yang diperoleh dari hasil penyulingan daun kayu putih. Kandungan minyak atsiri memiliki berbagai macam manfaat, seperti bahan baku pembuatan obat-obatan, insektisida, hingga kosmetik. Selain itu,pohon kayu putih dapat digunakan untuk konservasi lahan kritis (Sunanto, 2003 dalam Fauziana 2016). Kebutuhan minyak kayu putih saat ini semakin meningkat dengan semakin berkembangnya variasi dari pemanfaatan minyak kayu putih. Menurut Muyassaroh (2016) kebutuhan minyak kayu putih di Indonesia sebanyak 1500 ton/tahun, sedangkan Indonesia hanya memproduksi sebesar 400 ton per tahun. Keberadaan industri minyak atsiri memberi banyak manfaat kepada masyarakat karena masyarakat tidak hanya sebagai konsumen, tetapi bisa berperan sebagai pelaku dalam dunia industri. Sebagian besar industri minyak atsiri di Indonesia adalah berskala kecil atau rumah tangga dan minim perkembangan. Salah satu faktor terhambatnya perkembangan industri kecil adalah kurangnya komunikasi antara akademisi dengan industri kecil. Metode penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan rancangan acak lengkap (RAL) yang terdiri dari tiga perlakuan sebagai variable bebas dengan tiga kali pengulangan percobaan dasar. Rerata volume minyak kayu putih yang dihasilkan dari hasil penyulingan daun kayu putih dengan perlakuan penambahan air sebagai pelarut sebanyak 2 liter, 1 liter dan 200 ml berkisar antara 12 ml sampai 27 ml dengan total rerata keseluruhan sebesar 63,6. Rata – rata volume minyak kayu putih yang dihasilkan dalam percobaan A dengan pelarut (air) sebanyak 2 liter adalah 24,3 ml, percobaan B dengan pelarut sebanyak 1 liter adalah 13 ml dan percobaan C dengan pelarut sebanyak 200 ml adalah 26,3 ml. Perbedaan tersebut dikarenakan perlakuan bahan baku yang berbeda, lama waktu penyulingan terlalu singkat dan perbedaan suhu pada saat proses destilasi yang tidak selalu sama sehingga kelenjar minyak kayu putih yang masih tersimpan dalam daun belum keluar secara optimal. Rerata berat jenis minyak kayu putih yang dihasilkan dari penyulingan pada percobaan ini, berkisar antara 0,64 sampai 0,90. Rata – rata berat jenis minyak kayu putih pada percobaan A 0,87 percobaana B 0,64 dan percobaan C 0,88. Pada perhitungan tabel anova perbedaan penggunaan pelarut dalam proses destilasi minyak kayu putih tidak memberikan pengaruh sangat nyata (P 0,01) terhadap berat jenis minyak kayu putih yang dihasilkan. Rerata berat jenis minyak kayu putih yang dihasilkan dari penyulingan pada percobaan ini, berkisar antara 0,64 sampai 0,90. Rata – rata berat jenis minyak kayu putih pada percobaan A 0,87 percobaana B 0,64 dan percobaan C 0,88. Pada perhitungan tabel anova perbedaan enggunaan pelarut dalam proses destilasi minyak kayu putih tidak memberikan pengaruh sangat nyata (P 0,01) terhadap berat jenis minyak kayu putih yang dihasilkan. Rerata berat jenis minyak kayu putih yang dihasilkan dari penyulingan pada percobaan ini, berkisar antara 0,64 sampai 0,90. Rata – rata berat jenis minyak kayu putih pada percobaan A 0,87 percobaana B 0,64 dan percobaan C 0,88. Pada perhitungan tabel anova perbedaan penggunaan pelarut dalam proses destilasi minyak kayu putih tidak memberikan pengaruh sangat nyata (P 0,01) terhadap berat jenis minyak kayu putih yang dihasilkanDapat dilihat dari tabel 4.4 nilai rendemen minyak kayu putih pada penelitian ini antara 0,67% sampai 0,81%. Minyak kayu putih yang dihasilkan memenuhi standar nasional Indonesia (SNI 06- 3954- 2006) yang mensyaratkan nilai rendemen minyak kayu putih kelas utama yaitu 0,33%. Maka dapat disimpilkan bahwa minyak kayu putih yang berasal dari pulau Timor memiliki potensi industry minyak kayu putih yang sangat baik untuk dimanfaatkan. 1. Perbedaan jumlah kadar air sebagai pelarut dalam proses destilasi daun kayu putih berpengaruh terhadap rendemen minyak kayu putih. 2. Hasil F hitung pada perhitungan tabel anova menunjukkan bahwa ada pengaruh yang sangat nyata (P 0,01) dari perbedaan jumah kadar air pada proses destilasi daun kayu putih terhadap volume, berat (mg) dan rendemen namun tidak berpengaruh terhadap berat jenis minyak kayu putih yang dihasilkan. 3. Perlakuan terbaik dari penggunaan air sebagai pelarut pada perlakuan A (Pelarut 2L), B (Pelarut 1L) dan C (Pelarut 200ml) dalam pembuatan minyak kayu putih terdapat pada perlakuan C (Pelarut 200ml) dengan nilai rata–rata rendemen 0,76%.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Minyak kayu putih, tanaman kayu putih, tanaman tradisional kayu putih |
Subjects: | T Technology > Agricultural Technology |
Divisions: | Fakultas Teknologi Pertanian > Teknologi Hasil Pertanian |
Depositing User: | Mr Admin UKAW |
Date Deposited: | 02 Jun 2023 02:29 |
Last Modified: | 02 Jun 2023 02:29 |
URI: | http://repo-ukaw.superspace.id/id/eprint/2279 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |