MONE, Elisabet Grasia (2022) TANGI PALI: SUATU TINJAUAN TEOLOGI KONTEKSTUAL TERHADAP MAKNA TANGI PALI SAAT KEMATIAN ORANG SABUDAN IMPLIKASINYA BAGI JEMAAT GMIT BETEL GELANALALU, KLASIS SABU BARAT-RAIJUA. Undergraduate thesis, Artha Wacana Christian University.
|
Text
1. COVER.pdf Download (159kB) | Preview |
|
|
Text
2.PENGESAHAN.pdf Download (517kB) | Preview |
|
|
Text
8.PENDAHULUAN.pdf Download (312kB) | Preview |
|
![]() |
Text
9.BAB 1.pdf Restricted to Registered users only Download (636kB) |
|
![]() |
Text
10.BAB II.pdf Restricted to Registered users only Download (439kB) |
|
![]() |
Text
11.BAB III.pdf Restricted to Registered users only Download (526kB) |
|
|
Text
12.PENUTUP.pdf Download (152kB) | Preview |
|
|
Text
13.DAFTAR PUSTAKA.pdf Download (401kB) | Preview |
Abstract
Skripsi ini berjudul: Tangi Pali, dan sub judul: Suatu Tinjauan TeologI Kontekstual terhadap makna Tangi Pali saat kematian Orang Sabu dan implikasinya bagi Jemaat GMIT Betel Gelanalalu, Klasis Sabu Barat-Raijua. Praktik Tangi Pali oleh Orang Kristen Sabu di Jemaat GMIT Betel Gelanalalu dan makna yang terkandung dalam tuturan Tangi Pali merupakan alasan penulisan skripsi ini. Kebudayaan telah menjadi bagian hidup manusia sejak lama. Kebudayaan merupakan keseluruhan sistem, gagasan, tindakan dan hasil karya yang dijadikan milik dari mansuia dengan belajar. Kebudayaan juga diidentifikasikan sebagai suatu yang mengintegrasikan kepercayaan, nilai, kebiasaan, dan sebagainya. Berdasarkan pernyataan tersebut maka Orang Kristen Sabu tentunya tidak bisa terlepas dari kebudayaan mereka. Salah satu praktik kebudayaan yang lazimnya terjadi saat kematian Orang Sabu adalah Tangi Pali. Tangi Pali merupakan sebuah tradisi meuutur sambil meratap yang dilakukan dalam peristiwa dukacita karena kematian.Tangi Pali mengandung makna yang terdapat dalam setiapkalimat tuturannya dengan gambaran keyakinan Orang Sabu terhadap keberadaan mansuia setelah kematian dan sebagainya. Untuk hal ini, model pendekatan kontekstual yaitu antropologis digunakan untuk meninjau praktik Tangi Pali. Model ini menekankan nilai budaya dan revansinya bagi iman Kristen. Praktik Tangi Pali masih dilakukan hingga sekarang oleh Kristen Sabu, khususnya di Gelanalalu oleh karena beberapa faktor. Lingkungan keberadaan jemaat tersebut selalu berdampungan dengan orang-orang yang beragama suku. Artinya dalam segala tatanan hidup dan kebersamaan, mereka selalu berdampingan. Adapun, jemaat setempat adalah orang-orang yang awalnya menganut agamma suku Jingitiu kemudian menjadi Kristen. Faktor budaya juga turut memperngaruhi hal ini. Dalam kajian ini terdapat nilai-nilai yang muncul, takni nilai mistis, nilai hormat kepada leluhur, ruang untuk mengolah duka, kepercayaan atau keyakinan dan nilai soledaritas. Adapun dua tema dominan dalam praktik ini, yaitu relasi antara yang hidup dan yang mati serta tema keberlanjutan hidup setelah kematian. Model antropolgis, menekankan nilai-nilai dan jati diri budaya oleh seseorang yang beriman Kristen. Tetapi model ini tidak serta merta mengabaikan kitab suci dan tradisi Kristen. Nilai-nilai budaya tentang kematian dapat ditinjau dalam refleksi teologis. Kematian dan keberadaan manusia setelah kematian merupakan daulat Allah sepenuhnya. Penghakiman ataupun pengampunan setelah kematian tidak dapat dilakukan oleh leluhur karena tentang hal ini adalah daulat Allah yang telah yang telah mengalahkan maut lewat kematian Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah kebangkitan dan hidup. Orang yang mati di dalam Dia tidak akan binasa (Yohanes 11:25-26).
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Tangi Pali, kematuian, kehidupan, kedaulatan Allah. |
Subjects: | Theology > Christian Theology |
Divisions: | Fakultas Teologi > Teologi Agama Kristen |
Depositing User: | Mr Admin UKAW |
Date Deposited: | 26 Jul 2022 00:02 |
Last Modified: | 26 Jul 2022 00:02 |
URI: | http://repo-ukaw.superspace.id/id/eprint/903 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |