DUY, Enggelina Adi Aresti (2024) TRADISI KAUS NONO MA TASAEBA NONO: Suatu Tinjauan Teologis Kontekstual Terhadap Tradisi Kaus Nono Ma Tasaeba Nono di Jemaat GMIT Ora Et Labora Kumlol, Klasis Mollo Timur. Undergraduate thesis, Artha Wacana Christian University.
![]() |
Text
a. Cover.pdf Download (2MB) |
![]() |
Text
b. Abstrak.pdf Download (128kB) |
![]() |
Text
c. Pendahuluan.pdf Download (190kB) |
![]() |
Text
d. Bab I.pdf Restricted to Registered users only Download (226kB) |
![]() |
Text
e. Bab II.pdf Restricted to Registered users only Download (322kB) |
![]() |
Text
f. Bab III.pdf Restricted to Registered users only Download (262kB) |
![]() |
Text
g. Penutup.pdf Download (133kB) |
![]() |
Text
h. Bibliografi (Daftar Pustaka).pdf Download (136kB) |
Abstract
Atoin Meto adalah suatu komunitas masyarakat yang hidup dalam suatu pola atau kebiasaan kemasyarakatan yang ada. Kehidupan mereka juga masih kuat dengan tradisi dan adat istiadat yang dianggap sebagai warisan nenek moyang. Salah satunya adalah tradisi perkawinan adat kaus nono ma tasaeba nono. Tradisi pindah marga ini merupakan tahapan dari perkawinan adat atoin meto sebagai bagian untuk mempererat tali persaudaraan dan persekutuan yang bertujuan untuk melahirkan solidaritas. Tujuan dari tulisan ini untuk meneliti terkait pandangan atoin meto mengenai tradisi pindah marga (kaus nono ma tasaeba nono). Pelaksanaan tradisi ini merupakan acara di mana marga dari seorang perempuan dilepaskan dan mengenakan marga laki-laki. Adapun ketika ditinjau menggunakan teori Lubbock, tradisi ini menggunakan tahap ketiga dalam tahapan perkembangan keluarga yaitu di mana garis keturunan dari ayah yang digunakan atau yang kita kenal dengan sebutan sistem patrilineal. Terhadap pelaksanaan tradisi ini, penulis berupaya melakukan pendekatan teologi kontekstual dengan model sintesis. Dimana adanya dialog antara injil dan budaya dalam menemukan Kristus dan beriman kepada-Nya. Manusia diciptakan seturut dengan gambar Allah dan dalam kesadaran bahwa Allah lebih dulu mengasihi manusia, maka antara laki-laki dan perempuan adalah setara. Oleh karena itu, makna marga yang terkandung di dalam pelaksanaan tradisi tersebut sesungguhnya menguatkan ikatan antara laki-laki dan perempuan sebagai kesatuan anggota suatu nono yang menimbulkan kesamaan identitas untuk dapat menjalankan dan mempertahankan nilai-nilai leluhur suatu nono. Dalam hal ini, marga yang ditambahkan di dalam diri perempuan setelah melakukan tradisi ini menunjukan bahwa baik laki-laki maupun perempuan mereka sudah merupakan suatukesatuan. Untuk itulah, melalui tradisi ini gereja kembali melihat eksistensinya dalam memelihara persekutuan. Sehingga keharmonisan baik dalam persekutuan berumah tangga maupun persekutuan bergereja tetap terjaga dengan baik.
Item Type: | Thesis (Undergraduate) |
---|---|
Uncontrolled Keywords: | Tradisi, Kaus Nono, Tasaeba, Perkawinan, Sintesis, Gereja, Kekeluargaan, Solidaritas |
Subjects: | Theology > Christian Theology |
Divisions: | Fakultas Teologi > Teologi Agama Kristen |
Depositing User: | Mr Admin UKAW |
Date Deposited: | 10 Jun 2024 04:50 |
Last Modified: | 10 Jun 2024 04:50 |
URI: | http://repo-ukaw.superspace.id/id/eprint/3974 |
Actions (login required)
![]() |
View Item |