FATU MBILAS: Kajian Model Antropologis Teologi Kontekstual Terhadap Konsep Fatu Mbilas Sebagai Pelindung Masyarakat Desa Nuse, Kabupaten Rote-Ndao.

NALLE, Moni Yulianti (2025) FATU MBILAS: Kajian Model Antropologis Teologi Kontekstual Terhadap Konsep Fatu Mbilas Sebagai Pelindung Masyarakat Desa Nuse, Kabupaten Rote-Ndao. Undergraduate thesis, Artha Wacana Christian University.

[img] Text
1.COVER,PENGESAHAN DLL.pdf

Download (244kB)
[img] Text
Abstrak.pdf

Download (79kB)
[img] Text
BAB I PENDAHULUAN.pdf

Download (154kB)
[img] Text
BAB II LANDASAN TEORI.pdf
Restricted to Registered users only

Download (312kB)
[img] Text
BAB III METODE PENELITIAN.pdf
Restricted to Registered users only

Download (127kB)
[img] Text
BAB IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (310kB)
[img] Text
BAB V REFLEKSI TEOLOGIS.pdf
Restricted to Registered users only

Download (186kB)
[img] Text
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN.pdf

Download (104kB)
[img] Text
Daftar Pustaka.pdf

Download (115kB)

Abstract

Pulau Nuse, Kabupaten Rote Ndao, memiliki beragam suku (Mba’e, leoanak, Leonaek, Ro’a, rondo) dan budaya tradisional. Salah satu dari keragaman budaya tradisional adalah kepercayaan masyarakat kepada Fatu Mbilas. Masyarakat Nuse percaya bahwa Fatu Mbilas merupakan sang pelindung, dapat memberi rasa aman bagi masyarakat desa Nuse sementara itu mereka juga percaya kepada Yesus sebagai sang juruselamat. Fatu Mbilas selalu menjadi isu perbincangan masyarakat desa Nuse, karena dipercayai sebagai batu keramat atau batu yang memiliki kekuatan alam yang mampu melakukan hal-hal di luar kemampuan manusia. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan maka asal mula Fatu Mbilas berawal dari sepasang suami istri yang pertama kali dipercayai sebagai penghuni pulau Nuse. Mereka adalah pendatang ketika terjadinya masa penjajahan dan pada saat itu pulau Nuse belum berpenghuni (tidak ada seorang pun). Ketika hal buruk akan menimpa pulau Nuse maka akan ada tanda-tanda peringatan yang dilakukan oleh Fatu Mbilas yang di kenal dengan sebutan tiang awan pada waktu siang dan tiang api pada waktu malam. Hal ini menunjukkan bahwa Fatu Mbilas tidak sekadar simbol budaya, tetapi juga bagian integral dari identitas spiritual masyarakat. Fakta ini menarik perhatian peneliti untuk mengkaji konsep Fatu Mbilas dan implikasinya dalam kehidupan spiritualitas jemaat setempat. Adapun yang menjadi tujuan penulisan ini adalah untuk mengkaji pemahaman jemaat Patmos Nuse tentang Fatu Mbilas dan peran serta maknanya dalam kehidupan sosial, budaya, dan spiritual. Kajian ini menggunakan model antropologis Stephen B. Bevans guna memahami hubungan antara kepercayaan lokal dan spiritualitas Kristen jemaat Patmos Nuse, dengan menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara mendalam untuk menghasilkan hasil penelitian yang lebih akurat. Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa Jemaat Patmos Nuse diajak untuk tidak mengabaikan atau menolak Fatu Mbilas sebagai bagian dari warisan budaya yang membawa nilai perlindungan dan kesatuan. Sebaliknya, mereka diajak untuk melihat bagaimana iman kepada Kristus dapat menghidupkan kembali nilai-nilai tersebut dengan cara yang baru, dalam terang Injil. Hasil penelitian tidak menolak keberadaan Fatu Mbilas, tetapi mengajak untuk menginterpretasinya secara baru sebagai sarana pewahyuan Allah dalam konteks budaya lokal. Iman Kristen tidak harus berlawanan dengan tradisi, melainkan mampu meneguhkannya dengan mengarahkan makna simbol budaya kepada karya keselamatan dalam Kristus. Namun, penelitian ini juga mencatat adanya risiko sinkretisme, serta minimnya peran aktif gereja dan tokoh adat dalam membimbing umat menuju pemahaman teologis yang benar dan kontekstual. Berdasarkan temuan tersebut, penulis memberikan beberapa saran: (1) Bagi Gereja: Perlu mengembangkan program pembinaan teologis dan pastoral yang mengintegrasikan simbol-simbol budaya seperti Fatu Mbilas ke dalam pemahaman iman Kristen secara kritis dan terbimbing, misalnya melalui dialog rutin dengan tokoh adat, serta pengembangan liturgi yang menghargai budaya lokal. (2) Bagi Pemerintah/tokoh adat: Diharapkan mendukung pelestarian budaya lokal secara arif dan edukatif dengan membangun pusat kajian budaya dan spiritualitas lokal yang bekerja sama dengan akademisi dan gereja. (3) Bagi Masyarakat Desa Nuse: Didorong untuk tetap mempertahankan nilai-nilai luhur dalam warisan leluhur, namun terbuka terhadap proses transformasi makna demi pertumbuhan spiritual yang lebih matang dan kontekstual sesuai terang Injil. Dengan demikian, penelitian ini menegaskan bahwa dialog antara Injil dan budaya lokal bukanlah ancaman bagi iman Kristen, melainkan jembatan penting menuju pemahaman iman yang utuh, hidup, dan relevan dengan kenyataan hidup umat.

Item Type: Thesis (Undergraduate)
Uncontrolled Keywords: Fatu Mbilas, Model Antropologi Bevans, Pelindung, Jemaat Nuse, Iman Kristen
Subjects: Theology
Divisions: Pascasarjana > Magister > Teologi
Depositing User: Mrs Skripsi Perpust
Date Deposited: 12 Dec 2025 03:24
Last Modified: 12 Dec 2025 03:24
URI: http://repo-ukaw.superspace.id/id/eprint/5768

Actions (login required)

View Item View Item