STRATEGI PENGUATAN DAN PELESTARIAN BUDAYA LOKAL SABU RAIJUA SUATU KAJIAN SIKLUS PERTANIAN MASYARAKAT SABU DI KLASIS SABU BARAT, KABUPATEN SABU RAIJUA

DETHAN, Mesakh A. P. and PELLU, Lintje H. and LUDJI, Ni Sarah Medo (2023) STRATEGI PENGUATAN DAN PELESTARIAN BUDAYA LOKAL SABU RAIJUA SUATU KAJIAN SIKLUS PERTANIAN MASYARAKAT SABU DI KLASIS SABU BARAT, KABUPATEN SABU RAIJUA. Technical Report. Lembaga Penelitian UKAW. (Submitted)

[img] Text
LAPORAN AKHIR PENELITIAN INTERNAL UKAW 2023- Mesakh Dethan DKK copy.pdf

Download (2MB)

Abstract

Budaya lokal masyarakat Sabu Raijua terancam punah oleh karena dampak dari globalisasi. Para orang tua masyarakat Sabu Raijua juga semakin mendapatkan tantangan yang berat karena kebanyakan anak-anak mereka hidup terpisah dengan mereka karena faktor Pendidikan dan pekerjaan. Pada hal dalam masyarakat Sabu sendiri ada budaya lokal menyangkut siklus pertanian yang senantiasa dipelihara oleh generasi orang tua yang dipraktekan secara turun temurun. Dalam siklus pertanian ini terdapat kearifan local untuk bagaimana memelihara dan melestarikan alam lingkungan hidup sehingga berlangsung lestari dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Menurut [1] warisan budaya local memiliki manfaat bagi pelayanan gereja. Karena gereja tidak mungkin bereksistensi sendiri tanpa konteks budaya local dimana gereja itu berada. Tradisi dan kearifan local ini tentu dapat menciptakan cara tersendiri bagi masyarakat Sabu untuk memelihara lingkungan alam mereka. Akibat pemanasan global maka telah memicu perubahan iklim yang ekstrem. Untuk itu upaya pelestarian alam adalah suatu kebutuhan bersama dari semua bangsa di dunia, baik pemerintah gereja, LSM dan dan masyarakat lokal. Untuk itu pelibatan masyarakat lokal seperti mayarakat Sabu Raijua menjadi suatu kebutuhan yang sangat penting. Pelibatan itu bukan hanya melihat peranan para tua adat berjenis kelamin laki-laki, tetapi juga kaum perempuan sehingga ada keseimbangan gender, karena perempuan juga memiliki kapasitas untuk itu [2] Kekayaan budaya Sabu mulai dari kelahiran sampai kematian memperlihat suatu corak budaya yang khas yang dapat dipakai gereja, sehingga gereja dapat mengarahkan umat dalam semangat persekutuan yang indah antara manusia dengan Tuhan maupun dengan sesama, hal mana merupakan upaya berteologi kontekstual. [3] Penelitian ini bertujuan melihat bagaimana bentuk-bentuk penguatan dan pelestarian budaya local yang bisa dilakukan oleh gereja dan masyarakat khususnya yangberkaitan dengan siklus pertanian masyarakat Sabu di Klasis Sabu Barat, Kabupaten Sabu Raijua. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah penelitian kualitatif karena mengarah pada makna, penalaran, dalam konteks tertentu, dan lebih pada kepentingan proses dibandingkan hasil akhir. Deskripsi setiap kegiatan dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan banyaknya gejala yang ditemukan[4]. Penelitian kualitatif bersifat rasional. Dikatakan rasional karena dilakukan berdasarkan sebuah proses penalaran, sistematis karena dilakukan secara sistemik dan logis dari proses pengenalan masalah dan variabel-variabelnya, terkontrol karena dijalankan oleh peneliti dan didesain melalui sebuah proposal yang empiris sifatnya karena fokus pada fakta yang dapat diperiksa dan di uji[4]. Hasil penelitian menunjukkan bahwa budaya lokal masyarakat Sabu Raijua yang terancam punah oleh karena dampak dari globalisasi, perlu diambil Langkah-langkaj konkrit dari semua elemen Masyarakat mulai Gereja, Pihak Perguruan Tinggi dan Pemerintah daerah di Sabu Raijua bisa melakukan kolaborasi dan Kerjasama untuk melestarikannya. Pelestarian Potensi Budaya Sabu Raijua terutama yang terkait dengan siklus pertanian masyarakat yang memiliki nilai-nilai ekologis dalam memelihara lingkungan patut dilakukan. Pelestarian itu dapat melibatkan para pemuda dan anak-anak asli Sabu Raijua agar mereka sendiri selain mencintai budaya mereka, juga sekaligus mampu untuk melestariaknnya. Siklus pertanian yang senantiasa dipelihara oleh generasi orang tua yang dipraktekan secara turun temurun terutama yang memiliki kearifan local untuk bagaimana memelihara dan melestarikan alam lingkungan hidup sehingga berlangsung lestari dan dapat diwariskan kepada generasi berikutnya. Upacara-upacara dan ritus-ritus dapat dikemas dan dijadikan sebagai tontonan dan objek wisata yang bisa mendatangkan manfaat ekonomi bagi Masyarakat setempat. Pada posisi ini, yakni jika Gereja, Kampus dan Pemerintah memainkan peranannya, maka gereja, para akademisi dan aparat pemerintah bukan berada pada pihak yang anti budaya, tetapi melihat warisan budaya local sebagai yang memberikan manfaat bagi pelayanan gereja dan pengembangan Pendidikan di Kampus, dan Pembangunan masyarakat yang ramah budaya, ramah lingkungan dan mampu mengembangan teologi kontekstualisasi. Eksistensi gereja, kampus dan pemerinta menjadi kuat karena kolaborasi dan sinergitas yang berakar dalam Masyarakat jika konteks budaya local tidak diabaikan.

Item Type: Monograph (Technical Report)
Uncontrolled Keywords: PENGUATAN DAN PELESTARIAN, SIKLUS PERTANIAN, KEARIFAN LOKAL, SABU RAIJUA, KLASIS SABU BARAT
Divisions: Pascasarjana > Magister > Teologi
Depositing User: Mr Admin UKAW
Date Deposited: 18 Mar 2024 05:33
Last Modified: 18 Mar 2024 05:33
URI: http://repo-ukaw.superspace.id/id/eprint/3567

Actions (login required)

View Item View Item